Di suatu senja di musim kemarau, saat semburat sang mentari merah merona.
Aku termenung ditepian ladang dengan tanah yang mengering.
Rumput teki menyeringai memandangku, mereka seolah bertanya.
Sedang apa aku disana.
Sesaat ku acuhkan rumput-rumput itu, ku nikmati sisa-sisa senja yang mulai
menghilang.
Desir angin sore menghempas wajahku, sejuk menerpa rambutku yang terurai.
Aku tersenyum. Betapa indah alam ini Tuhan ciptakan. Betapa syahdu desiran
angin kurasakan, dan betapa mempesonanya langit sore dengan senjanya.
Kembali kutatap rumput teki disekelilingku yang sedang manari mengikuti
irama semilir bayu. Bunga bakung yang tumbuh tak jauh dari tempatku duduk kini
juga ikut menari. Aku masih terpaku ditempatku, nan jauh disana semburat senja
telah berlalu, menyisakan gelap yang menandakan bahwa aku harus kembali. Dan
saat itulah, disaat senja telah kembali ke paraduannya, kau juga telah kembali
kepadaku.
"
Ranti,,,,Ibumu pulang,,,Ibumu
sudah pulang!!” mbok Mar berlari tergopoh- gopoh menghampiriku.
“ Siapa yang pulang mbok?? aku
yang sedang berjalan menyusuri ladang kaget dibuatnya.
“ Ibumu sudah pulang ndu, dia ada
dirumah sekarang, ayo buruan kita pulang,,! “ mbok Mar memperjelas
kata-katanya sambil menarik tanganku untuk segera mengikutinya pulang.
***
Waktu itu umurku 7 tahun , saat tiba – tiba aku harus kehilangan seorang
ibu. Dan saat itu aku tidak mengerti kenapa Ibu pergi meninggalkan aku. Aku
hanya seorang bocah polos yang tidak tau apa- apa, masih terbayang saat
terakhir kalinya ibu menggendongku dan mengatakan kalau beliau ada urusan dan
harus pergi untuk waktu yang lama. Dititipkannya aku sama mbok Mar, Mbok Mar
adalah tetanggaku yang sudah aku anggap sebagai nenekku sendiri. Dan Ayahku
telah lama meninggal karena kecelakaan sejak aku dalam kandungan , itu yang aku
tau dari ibuku dan yang aku percaya sampai sekarang. Semenjak kepergian Ibu
Mbok Marlah yang merawatku, aku dianggapnya sebagai cucu dia sendiri. Setiap
hari dialah yang menyiapkan semua keperluanku, membuat makanan untukku,
menyiapkan bajuku. Setiap hari aku selalu menanyakan kapan Ibu pulang, dan
setiap itu pula Mbok Mar selalu menjawab bahwa tidak lama lagi Ibu pasti
pulang. Dan waktu yang katanya tidak lama lagi itu berlalu sampai 12 tahun
lamanya. Aku bahkan sudah bosan untuk menanyakan kapan Ibu pulang, biarlah aku
nikmati hidup ini tanpa kehadiran seorang Ibu, aku juga tidak mau mangharapkan
sesuatu yang mungkin tidak akan pernah terjadi. Walaupun terkadang aku harus
menangis sendiri dalam sela-sela
malam
yang kulewati. Jika memang Ibu menyayangiku, suatu saat pasti kembali ke
sisiku.Kata – kata itu yang selalu menguatkan hatiku.
***
“
Ndu,,kenapa kamu diam saja ?! Mbok
Mar membuyarkan lamunanku.
“ Ohhh,,engga apa2 mbok ,! “
Tanpa terasa aku sudah sampai didepan
rumah, aku melihat seorang perempuan paruh
baya dengan kemeja warna biru dengan rambut yang terurai sedang duduk , matanya
menerawang jauh kedepan dengan mata sayu seperti baru saja menangis. Aku
hentikan langkah kakiku untuk sesaat.
Benarkah
orang yang ada sana itu adalah Ibuku, benarkah sosok Ibu yang selama ini aku
rindukan telah kembali. Aku sibuk dengan pikiranku sendiri, tanpa terasa
kristal bening dari sudut mataku sudah menetes. Aku menangis, ya aku telah
manangis.
“ Ndu,,,,ayo masuk, temui ibumu ndu !
“ suara Mbok Mar menyadarkanku sekaligus mengagetkan seseorang yang sedang
duduk tak jauh dari tempatku berdiri.
“ Rantiiiiiii,,,,anakkku,,,!!!! “perempuan
paruh baya itu kini sudah memelukku.
Aku terdiam, bahkan air mata yang tadi sempat keluar kini entah kemana. Aku
terdiam tanpa kata – kata , sedang perempuan itu terus saja memelukku dan
manangis.
***
To Be Continue....^__^